Sunday, May 3, 2009

farhan



Nama : Farhan Adityasmara
Judul : “ sicboy “
Ukuran :
Bahan : backlit indoor print, neon box
Tahun : 2008

Bambang hernawa



Nama : Bambang Jempol
Judul : “ swim glasses “
Ukuran : 60 x 90 cm
Bahan : backlit indoor print, neon box
Tahun : 2008

“ ONE STOP SHOPING”.


Dalam pameran yang akan di gelar tematik yang diangkat adalah

“ ONE STOP SHOPING”.

Kenapa:

Kita adalah tidak dalam situasi masyarakat yang berlebihan atau berkecukupan tetapi dalam kondisi masyarakat pertumbuhan. Dimana selalu menawarkan dua output antara makmur atau miskin. Makmur bagi yang diuntungkan dan miskin bagi yang terpinggirkan.

Sekarang ini era dimana kita sering membeli bukan karena nilai kemanfaatannya namun karena gaya(hidup), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, tayangan sinetron, acara infotainment, ajang kompetisi calon bintang, gaya hidup selebrity, admosfer metropolis, dst. Yang di tawarkan mereka adalah bukan nilai guna tapi citra dan gaya bagi pemakainya. Berguna atau tidak-diperlukan atau tidak menjadi tidak penting oleh kita.

Yang kemudian kita percaya untuk dibeli adalah makna yang melekat di barang, sehingga kita tidak pernah mampu merasa terpenuhi kebutuhannya. Kita menjadi tidak pernah terpuaskan. Kita selalu menjadi tukang boros, mengkonsumsi tiada henti, rakus dan serakah. Bukankah kemudian kondisi ini mengkonstruk kesadaran palsu. Seakan akan terpuaskan padahal kekurangan, seakan-akan makmur padahal miskin.

Meski kemudian tersadarkan akan kuatnya pengaruh media namun kita tidak pernah bisa menghentikan prilaku ini. Apalagi beberapa meter dimana kita tinggal telah dibangun ruang yang menawarkan layanan one stop shopping. Meraka adalah mall, supermarket, ruko-ruko. Ingat bahwa disana bukan hanya menawarkan barang untuk dibeli, namun juga jasa manusia, serta hubungan antar manusia.

Jaman edan ora edan ora keduman. Dalam situasi ini semoga kita selalu tetep sabar lan waspada.

Kenapa:

Kita adalah tidak dalam situasi masyarakat yang berlebihan atau berkecukupan tetapi dalam kondisi masyarakat pertumbuhan. Dimana selalu menawarkan dua output antara makmur atau miskin. Makmur bagi yang diuntungkan dan miskin bagi yang terpinggirkan.

Sekarang ini era dimana kita sering membeli bukan karena nilai kemanfaatannya namun karena gaya(hidup), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, tayangan sinetron, acara infotainment, ajang kompetisi calon bintang, gaya hidup selebrity, admosfer metropolis, dst. Yang di tawarkan mereka adalah bukan nilai guna tapi citra dan gaya bagi pemakainya. Berguna atau tidak-diperlukan atau tidak menjadi tidak penting oleh kita.

Yang kemudian kita percaya untuk dibeli adalah makna yang melekat di barang, sehingga kita tidak pernah mampu merasa terpenuhi kebutuhannya. Kita menjadi tidak pernah terpuaskan. Kita selalu menjadi tukang boros, mengkonsumsi tiada henti, rakus dan serakah. Bukankah kemudian kondisi ini mengkonstruk kesadaran palsu. Seakan akan terpuaskan padahal kekurangan, seakan-akan makmur padahal miskin.

Meski kemudian tersadarkan akan kuatnya pengaruh media namun kita tidak pernah bisa menghentikan prilaku ini. Apalagi beberapa meter dimana kita tinggal telah dibangun ruang yang menawarkan layanan one stop shopping. Meraka adalah mall, supermarket, ruko-ruko. Ingat bahwa disana bukan hanya menawarkan barang untuk dibeli, namun juga jasa manusia, serta hubungan antar manusia.

Jaman edan ora edan ora keduman. Dalam situasi ini semoga kita selalu tetep sabar lan waspada.